Banjarbaru, IAINews (01 Oktober 2025) – Sesi presentasi ilmiah seringkali identik dengan suasana kaku, namun hal berbeda terjadi dalam seminar nasional farmasi dengan tema “Harmonisasi Kurikulum, Akreditasi, dan Teknologi dalam Pendidikan Farmasi” yang doselenggarakan oleh Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Lambung Mangkurat pada 30-31 Oktober 2025. Yulianto atau yang lebih dikenal dengan nama Romo Sukir, seorang dosen dari Jurusan Farmasi Universitas Islam Indonesia (UII), berhasil mencuri perhatian dan menyabet gelar Presenter Oral Terbaik berkat perpaduan unik antara substansi ilmiah revolusioner dan gaya presentasi yang sangat menghibur.

Penampilan Romo Sukir selalu unik dalam setiap kesempatan

Tampilan Romo Sukir sendiri sudah menjadi hookyang memikat: mengenakan kain Sasirangan biru sebagai penghormatan terhadap Kalimantan Selatan, dipadukan dengan dalaman dan setelan jas biru serta dasi kupu-kupu merah yang senada dengan warna rambutnya, mengingatkan pada sosok RM Panji Sosrokartono (Kakak RA Kartini) Ketika kuliah di Belanda dan menciptakan kesan nyentrik yang menonjol di antara peserta.

Dari Ghost Protocol ke Protokol THEPPM: Blueprint Apoteker Penggerak

Di balik penampilannya yang unik, Romo Sukir menyajikan materi yang sangat penting dalam transformasi implementasi Apoteker. Dengan judul penelitian “APOTHECARY ENDGAME: Efikasi Diri dan Peran Apoteker Penggerak dalam Pemberdayaan Komunitas Berbasis Protokol THEPPM,” ia berhasil menggabungkan tema Avengers Endgame dan Mission Impossible: Ghost Protocol untuk membahas isu kefarmasian dan kesehatan, membuat penonton ‘gelisah’ karena penasaran.

Esensi penelitian ini adalah jawaban atas pertanyaan: Bagaimana cara mencetak Apoteker yang tidak hanya ahli obat, tetapi juga Game Changer di komunitas?

Romo Sukir memperkenalkan Protokol THEPPM ( The Health Education/Promotion Planning Model ), sebuah metodologi terstruktur yang wajib digunakan siswa dalam merancang program Promosi Kesehatan di masyarakat.

Apa itu THEPPM yang menjadi Solusi Tiga Kunci:

THEPPM (The Health Education/Promotion Planning Model) adalah protokol intervensi yang mewajibkan siswa menggunakan langkah-langkah sistematis (analisis data, perencanaan SMART, implementasi, dan evaluasi) untuk memastikan program Promosi Kesehatan yang mereka lakukan efektif, terukur, dan mampu mengatasi Hambatan Struktural Kesehatan (Social determinant of Health) di komunitas.

Riset pada 100 mahasiswa apoteker pasca pembelajaran promosi kesehatan (teori dan praktik) membuktikan bahwa Protokol THEPPM sukses menghasilkan pencapaian yang sangat tinggi (Rata-rata di atas 4.5) dalam tiga pilar:

  1. Persepsi Peran (Mean 4.61): Mahasiswa melihat diri mereka sebagai Apoteker Penggerak yang berfungsi sebagai pendidik kesehatan, advokat kesehatan, dan agen perubahan untuk perilaku sehat di masyarakat.
  2. Kualitas Pembelajaran (Mean 4.65): Protokol ini terbukti menjadi metode pembelajaran terstruktur yang sangat efektif dalam membekali siswa dengan keterampilan perencanaan intervensi (menggunakan Perencanaan SMART ).
  3. Efikasi Diri (Mean 4.58): Tingginya Efikasi Diri membuktikan bahwa siswa menjadi percaya diri dan metodologis karena Protokol THEPPM menjamin Mastery Experience (pengalaman keberhasilan) di setiap tahapan intervensi.

Penyajian Rasa Stand-Up Comedy

Keunikan Romo Sukir tidak berhenti pada materi; ia mampu mengubah suasana ilmiah menjadi ajang yang menyenangkan. Pertanyaan-pertanyaan sulit dari audiens dijawab dengan gaya yang kocak dan mengena, menciptakan tawa dan menjadi hiburan tersendiri bagi peserta.

Komentar salah seorang audiens menjadi rangkuman sempurna atas keberhasilan ini:

“Presentasi Bapak [Nama Anda] lucu, unik, dan nyentrik. Tapi yang hebat, penyampaian materinya tetap dapat dipahami dengan baik. Kami terhibur sekaligus mendapatkan ilmu yang revolusioner untuk kurikulum PSPA.”

Keberhasilan Romo Sukir diharapkan menjadi momentum penting bagi institusi pendidikan farmasi untuk mengadopsi THEPPM sebagai Blueprint Kurikulum Promosi kesehatan yang terstruktur, demi melahirkan Apotek yang kompetitif dan memiliki dampak nyata pada tingkat global.

Farmasi UII, Pusat Studi Pembelajaran Promosi Kesehatan bagi Apoteker

Keberhasilan ini semakin memperkuat posisi Farmasi UII sebagai Pusat Studi Pembelajaran Promosi Kesehatan Apoteker . Program Promosi Kesehatan telah lama terintegrasi kuat dalam kurikulum Farmasi UII, menjadi nilai unik dan keunggulan yang membedakan. Pembelajaran inovatif dan kreatif seperti yang dilahirkan Protokol THEPPM ini telah menarik perhatian banyak kampus farmasi lain maupun organisasi profesi Apoteker yang datang belajar dan berdiskusi. Prestasi Romo Sukir bukan hanya milik pribadi, tetapi juga penegasan bahwa UII telah lebih dulu berada di lini depan, mencetak lulusan Apoteker Penggerak yang siap menjadi pemimpin transformasi kesehatan nasional dan global.

Sumber Berita: IAINEWS.NET

   Penulis: tepat. Yulianto, MPH Redaksi: tepat. Yulianto, MPH

SLEMAN – PHEDU UII (Pharmacy Education and Competency Development Unit Universitas Islam Indonesia) bersama Pengurus Daerah Ikatan Apoteker Indonesia (PD IAI) D.I.Y. bersinergi menyelenggarakan workshop ”PAIN ACADEMY” pada hari Minggu (10/8/2025) di Crystal Lotus Hotel Yogyakarta.

Mengangkat tema “From Knowledge to Community Empowerment”, program ini berupaya menjawab permasalahan umum dalam penggunaan obat pereda nyeri, mulai dari pemilihan obat yang kurang tepat hingga kekhawatiran masyarakat terhadap penggunaan jangka panjang.

Sebanyak 100 apoteker dari seluruh kabupaten/kotamadya di DIY berpartisipasi untuk memperdalam pemahaman mereka. Pada acara tersebut, para peserta dibekali dengan materi “Update Farmakoterapi Nyeri” yang disampaikan oleh Prof. Dr. apt. Vitarani Dwi Ananda Ningrum (Ketua PHEDU UII) dan materi berjudul “Aplikasi The Health Education: Promotion Planning Model” oleh apt. Yulianto, MPH. Dari seluruh peserta yang hadir, terpilih sebanyak 50 apoteker yang akan melanjutkan peran sebagai Pain Educator untuk menjalankan program promosi kesehatan langsung kepada masyarakat.

PAIN ACADEMY diharapkan mampu memberdayakan apoteker sebagai garda terdepan dalam pengelolaan nyeri. Program ini juga dirancang untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dalam mengelola nyeri secara tepat. Selain itu, diharapkan pula hadir banyak publikasi ilmiah dari program ini sebagai inspirasi bagi apoteker lain yang ada di seluruh Indonesia. – TIM

Foto bersama Peserta Pain Academy PD IAI DIY dan PHEDU UII

Foto bersama Pimpinan PD IAI DIY, PHEDU UII, dan Pembicara pada Program Pain Academy

 

Video by PD IAI DIY

SLEMAN – Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Islam Indonesia bekerja sama dengan Lembaga Pengembangan Kompetensi Poltekkes Kemenkes Yogyakarta (LANTIP) menyelenggarakan Pelatihan Penyelenggaraan Pelayanan Kefarmasian bagi Apoteker Sesuai Standard selama enam hari pada tanggal 19-26 Mei 2025 di Gedung OSCE & PHEDU Jurusan Farmasi Universitas Islam Indonesia.

Pelatihan terbagi ke dalam dua angkatan dengan total peserta pelatihan yang terlibat yakni lebih dari 32 apoteker yang sudah berpraktik minimal tiga tahun di apotek. Dengan pembicara pakar pada bidangnya, diharapkan pelayanan kefarmasian dapat meningkat dan minimal sesuai dengan standar peraturan yang berlaku. Diantara pemateri dalam pelatihan ini adalah para pakar pada bidangnya seperti Dr. apt. Nanang Munif Yasin, M.Pharm, apt. Miftah Yuni Kurniawati, S.Si., apt. Dwi Novi Rugiarti, M.Sc., apt. Fitra Romadonsyah, M.Pharm.Sci., apt. Linda Dimyati, M.M., M.Clin., dan Dr. Yuni Kusmiyati, S.ST., M.PH.

Pelatihan yang memberikan kredit 10 SKP dari Kemenkes tersebut, membahas berbagai tema materi yang diajarkan seperti Praktik kefarmasian sesuai kode etik apoteker, Evaluasi mutu pelayanan kefarmasian, Pengelolaan sediaan farmasi, alat Kesehatan, dan bahan medis habis pakai, Kebijakan pelayanan kefarmasian di apotek, Pelayanan farmasi klinik, dan juga Budaya anti korupsi.

Selain materi yang disampaikan, para peserta juga mengikuti praktik lapangan mengenai materi-materi di atas yang dilakukan secara langsung di apotek-apotek yang ada di sekitar Universitas Islam Indonesia. Peserta juga diminta mengerjakan berbagai tugas dan kasus-kasus lapangan, melakukan evaluasi, refleksi, dan tindak lanjut atas pelatihan yang telah dilaksanakan. – ASF