Kisah Dibalik Predikat Laboran Berprestasi
Farmasi Universitas Islam Indonesia (UII) bangga memiliki Riyanto. Pria kelahiran Yogyakarta 14 Februari 45 tahun silam ini membawa harum nama Farmasi UII. Riyanto yang merupakan salah satu laboran di Laboratorium Terpadu FMIPA UII mendapatkan predikat sebagai laboran berprestasi dari DIKTI-5 wilayah Yogyakarta, pada tanggal 28 Agustus 2019 yang lalu, Riyanto mendapatkan surat pemberitahuan bahwa dirinya mendapatkan predikat sebagai laboran berprestasi. Riyanto bercerita bahwa untuk mendapatkan predikat tersbut, dirinya harus melewati segelintir seleksi yang cukup ketat. “Prosesnya (seleksi-red) dari fakultas dulu. Fakultas menyeleksi atau menunjuk beberapa laboran nah habis itu terus diajukan. Kita (Laboran-red) melakukan proses seleksi di universitas. Jadi nanti dari universitas itu yang diuji beberapa fakultas. Laboran-laboran dari fakultas yang lain, baik itu dari Kedokteran, FTI maupun dari FTSP. Seleksi Universitas itu nanti dikasih waktu presentasi setiap peserta atau laboran disuruh presentasi” jelasya.
Seleksi yang cukup ketat di tingkat Fakultas dan Universitas membuahkan hasil. Laboran berprestasi pun berhasil disabetnya. Selain itu, Riyanto juga digadang-gadang mewakili UII bersama sepuluh finalis lainnya mewakili Yogyakarta untuk turun di tingkat yang lebih tinggi lagi yaitu tingkat nasional. “Ini masih nunggu pengumuman. Mohon doanya semoga bisa lolos di Nasional dan membawa nama baik (Farmasi-red) selain UII juga” harapnya ketika ditanya mengenai peluangnya masuk ke tingkat nasional.
Ditanya mengenai perasaanya setelah mendapat peghargaan tersebut, Riyanto menjelaskan dirinya tidak menyangka bisa terpilih. “Saya kira juga gak menyangka kok bisa lolos,” pungkasnya. Riyanto juga menjelaskan bahwa pada saat seleksi tingkat Universitas, dia membuat karya ilmiah untuk dipresentasikannya dengan judul “Pembuatan Bahan Terstandar sebagai bahan praktikum di Laboratorium Biologi Farmasi.” Dia juga mengatakan bahwa penelitiannya itu dapat bermanfaat sebagai bahan standar piperin untuk menggantikan bahan standar yang biasanya didatangkan dari luar. Alumni Poltekkes Yogyakarta ini juga berbagi kisah kesehariannya sebagai laboran. “Melayani kegiatan praktikum, juga ada melayani kegiatan penelitian, baik itu mahasiswa maupun dosen,” jelasnya. Selain itu, dia juga menambahkan kegiatan di luar laboran diantaranya sebagai panitia loka karya, ataupun membantu sebagai pengawas ujian.
Sebelum memutuskan bergabung di UII, Riyanto sempat malang melintang ke berbagai institusi, terutama institusi pendidikan. “Udah hampir empat kali keluar masuk (Institusi-red),” tambahnya. Menurutnya, suasana di UII yang islami inilah yang mebuatnya betah mengabdi di UII, terutama di Farmasi UII. Banyak suka dan dukanya yang Riyanto rasakan selama menjadi laboran, dimana ketika berjalannya praktikum ataupun penelitian yang cukup padat bahkan overload, dirinya harus lembur sampai malam hari untuk membantu hal tersebut. Namun, sekali lagi jiwa gigih dan tulus Riyanto dalam membantu praktikum ataupun penelitian sudah membuatnya senang akan ilmu yang dimilikinya dan dapat diaplikasikan di kehidupannya. “Bisa membantu kegiatan penelitian. Misalnya penelitiannya berhasil, (saya) juga ikut senang, disamping kepuasaanya itu loh selain membantu dosen bisa membantu mahasiswa penelitian skripsi dia berhasil, (saya) sudah senang dan puas. Menjadi bagian dari itu, saya sudah ikut senang,” jelasnya.
Riyanto juga berharap laboratorium bisa menjadi tempat yang menyenangkan untuk berbagi ilmu antara dosen dan mahasiswa. Dia berharap seperti itu dikarenakan mahasiswa ketika masuk ke dalam laboratorium seperti merasa terbebani. “Ngelab itu mumet dan stress” celutuk Riyanto ketika ditanya kesan mahasiswa ketika datang ke laboratorium. Menurutnya, laboratorium juga harus nyaman dan enak untuk berbagi ilmu bersama agar tidak timbul kesan yang tidak nyaman dan stress. Riyanto juga berharap agar rekan-rekan laboran yang lain, terutama yang telah mengabdi cukup lama untuk diangkat menjadi pegawai tetap. “Dengan menjadi pegawai tetap kan istilahnya mengabdi disini udah lama, tapi di UII kok masih banyak yang pegawai udah puluhan tahun tapi belum bisa diangkat. Harapan saya semoga teman-teman (laboran-red) bisa diangkat menjadi pegawai tetap,” harapnya. Serta jurusan harus mempertahankan kegiatan yang membantu pengembangan diri dari laboran. “Dari jurusan men-support kalau ada pelatihan untuk pengembangan kompetensi (laboran-red),” tambahnya. Dengan dukungan dari jurusan, kabar baiknya Riyanto bersama laboran Laboratorium Biologi Farmasi bulan Oktober 2019 akan berangkat ke Kuala Lumpur, Malaysia, untuk menjadi pemakalah poster dalam kegiatan ICPRP, seminar internasional kerjasama Farmasi UII dan IIUM. Hal tersebut menjadi kebanggan tersendiri bagi Riyanto walaupun dirinya hanya sebagai laboran diantara dosen-dosen yang ikut pada kegiatan tersebut.
Menurutnya adalah kerja keras dan bersungguh-sungguhlah menjadi kunci utama dalam dirinya bekerja dan mengabdi menjadi laboran di UII. Bahwasanya, bersungguh-sungguh dalam pekerjaan akan mempermudahnya dalam pekerjaan.