Penjelasan istilah-istilah farmasi.

Pasien mungkin kesulitan mengeja generik atau nama paten dari obat, namun bukan hanya pasien yang mengalami kesulitan itu.

Lembaga pengawas obat dan makanan Amerika Serikat, FDA (Food and Drugs Administration), mengakui bahwa sulit bagi seorang apoteker untuk tetap mengikuti informasi terkini tentang cara pengucapan nama obat-obatan. Berikut beberapa nama pengobatan yang memerlukan latihan khusus dalam pengucapan namanya:

  1. CART-T Therapies: Tisagenlecleucel and Axicabtagene Ciloucel

pada Agustus 2017, FDA menyetujuiTisagenlecleucel (Kymriah) sebagai pengobatan yang dapat digunakan oleh pediatris dan bagi pasien muda dengan lymphoblastic leukemia akut. Tiga bulan kemudian, Axicabtagene Ciloucel (Yescarta) disetujui untuk mengobati pasien dewasa dengan B-cell lymphoma tertentuyang tak merespon pada dua macam pengobatan. Kymriah dan Yescarta menjadi pengobatan pertama dalam terapi gen CAR-T yang melibatkan teknik sel imunitas pasien sebagai pengobatan kanker.

Pengucapan:

Tisagenlecleucel (tis a jen lek LOO sel)

Axicabtagene ciloleucel (ax i CAB tay jeen sye LO loo sel)

  1. Obiltoxaximab
    Obiltoxaximab (Anthim) adalah antibodi monoclonal yang diindikasikan untuk pasien dewasa dan anak-anak yang menghirup anthrax. Obat ini juga dikenal sebagai pencegah pengirupan anthrax ketika terapi alternatif tak tersedia atau tak efektif. Oleh karena uji klinis penghirupan anthrax terhadap manusia dianggap tak etis, maka efisiensi dari Obiltoxaximab diujicobakan pada kelinci.

Pengucapan:

Obiltoxaximab (oh bil tox AX i mab)

  1. Ixekizumab dan guselkumab

Ixekizumab (Taltz) dan guselkumab (Tremfya) adalah agen autoimun yang telah disetujui selama ebebrapa tahun terakhir untuk perawatan plaque psoriasis. Ixekizumab bertindak untuk melawan interleukin-17A. Sementara guselkumab adalah penghambat interleukin-23.

Pengucapan:
Ixekizumab (ix ee KIZ ue mab)

Guselkumab (gue sel KOO mab)

  1. Hexaminolevulinate
    Hexaminolevulinate (Cysview) adalah obat pencitraan optik yang digunakan dengan sinar biru cystoscopy untuk meningkatkan deteksi terhadap tumor pada kandung kemih, terutama carcinoma in situ. Obat ini dikenal memiliki manfaat lebih banyak dari sinar putih cystoscopy, sehingga dapat memperjelas luka yang mungkin tak terlihat. Hexaminolevulinate sebenarnya bukan sebuah pengobatan yang mungkin mayoritas penggiat farmasi akan lakukan atau temui, namun walau bagaimanapun perlu latihan mulut untuk mengucapkan pengobatan ini.

Pengucapan:

Hexaminolevulinate (hex a mee noe LEV ue lin ate)

  1. Glecaprevir & pibrentasvir

pada Agustus 2017 FDA mengyetujui AbbVie’s Mavyret, sebagai dosis yang tepat yang mengombinasikan antara glecaprevir, sebuah pencegah HCV NS3/4A, untuk perawatan pasien dewasa dengan infeksi HCV genotype 1, 2, 3, 4, 5, atau 6, tanap sirosisi atau sirosis ringan. Dengan persetujuan ini Mavyret menjadi perwatan antikuman yang disetujui berdurasi selama delapan minggu untuk semua HCV.

Pengucapan:

Glecaprevir & pibrentasvir (glek A pre vir & pi BRENT as vir)

  1. Sebelipase alfa and taliglucerase alfa

Sebelipase alfa (Kanuma) adalah bentuk rekombinan dari enzim lysosomal acid lipase (LAL). Obat ini disetujui pada Desember 2015, dan menjadi yang pertama dan satu-satunya perawtaan yang disetujui FDA untuk kekurangan lysosomal acid lipase, sebuah kelainan langka yang diawlaami 1 dari 500.000 kelahiran. Taliglucerase alfa (Elelyso) adalah pengganti dari terapi lyosomal enzyme, walau bagaimanapun perwatan ini diindikasikan untuk perwatan pasien yang telah terkonfimasi didiagnosis menderita penyakit Gaucher Tipe 1.

Pengucapan:
Sebelipase alfa (se be LYE pase AL fa)

Taliglucerase Alfa (tal i GLOO ser ase AL fa)

  1. Ipilimumab
    Ipilimumab (Yervoy) adalah antibodi monoklonal yang bekerja untuk mengaktifkan sitem imun dengan mencegah CTLA-4. Obat ini diindikasikan untuk perawatan tumor yang tak dapat diangkat atau unresectable/metastatic melanoma dan untukcutaneousmelanoma. Obat ini diberikan kepada pasien sebagai infus dosis tinggi (weight-based dose infusion) setiap 3 minggu selama 4 total dosis untuk unresectable/metastatic melanomadan hingga 3 tahun untuk

Pengucapan:

Ipilimumab (ip i LIM u mab)

  1. Nabumetone
    Nabumetone (Relafen) adalah antiperadagangan nonsteroid atau nonsteroidal anti-inflammatory drug (NSAID). Obat ini telah digunakan sejak 2000 untuk merawat rasa sakit dan peradangan. Nabumetone tidak terlihat seperti obat yang memiliki nama yang sulit diucapkan, namun banyak orang yang tertukar menyebut ‘m’ dan ‘b’ dalam kata itu.

Pengucapan:
Nabumetone (na BYOO me tone)

Sumber: pharmacytimes.com

 

Alam memberikan kepada kita bahan alam darat dan laut berupa tumbuhan, hewan dan mineral yang jika diadakan identifikasi dan menentukan sistematikanya, maka diperoleh bahan alam berkhasiat obat.

Jika bahan alam yang berkhasiat obat ini dikoleksi, dikeringkan, diolah, diawetkan dan disimpan, akan diperoleh bahan yang siap pakai atau yang disebut dengan simplisia. Farmakognosi merupakan salah satu ilmu yang mempelajari tentang bagian-bagian tanaman atau hewan yang dapat digunakan sebagai obat alami yang telah melewati berbagai macam uji seperti uji farmakodinamik, uji toksikologi dan uji biofarmasetika.

 

Farmakognosi adalah sebagai bagian biofarmasi, biokimia dan kimia sintesa, sehingga ruang lingkupnya menjadi luas seperti yang diuraikan dalam definisi Fluckiger. Sedangkan di Indonesia saat ini untuk praktikum Farmakognosi hanya meliputi segi pengamatan makroskopis, mikroskopis dan organoleptis yang seharusnya juga mencakup indentifikasi, isolasi dan pemurnian setiap zat yang terkandung dalam simplisia dan bila perlu penyelidikan dilanjutkan ke arah sintesa.

Beberapa istilah dalam pelajaran farmakognosi antara lain:

  1. Simplisia : adalah bahan alamiah yang digunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga, kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan.
  2. Eksudat tanaman : Adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau isi sel dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya, atau zat-zat nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya dan belum berupa zat kimia murni.
  3. Alkaloida : adalah suatu basa organik yang mengandung unsur Nitrogen (N) pada umumnya berasal dari tanaman, yang mempunyai efek fisiologis kuat/keras terhadap manusia.
  4. Enzim : Adalah suatu biokatalisator yaitu senyawa atau zat yang berfungsi mempercepat reaksi biokimia / metabolisme dalam tubuh organisme.
  5. Pemerian : Adalah uraian tentang bentuk, bau, rasa, warna simplisia, jadi merupakan informasi yang diperlukan pada pengamatan terhadap simplisia nabati yang berupa bagian tanaman (kulit, daun, akar, dan sebagainya).

 

Lebih spesifik, berikut beberapa contoh istilah yang berhubungan dengan simplisia dan penyaki di antaranya:

1.      Stomakika Memacu enzim – enzim pencernaan
2.      Anti piretika Menurunkan suhu badan
3.      Cardiotonika Untuk penguat kerja jantung
4.      Ekspetoransia Mengurangi  batuk berdahak
5.      Diaforetika Sudorifika Memperbanyak keluarnya keringat/peluruh keringat
6.      Litotriptika Menghancurkan batu pada kandung kemih
7.      Sedativa Obat penenang
8.      Trikhomoniasis Penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur yang hidup di atas kulit (dermatofyt), jamurnya adalah Trichofyton

 

Sumber:

belajar-farmasi.blogspot.com/p/kamus-farmakognosi.html

muhammad-mahdhun.blogspot.com/stilah-istilah-farmakognosi

Resep / resép/ n berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2008: 1202) adalah  keterangan dokter tentang obat serta takarannya yang harus dipakai oleh si sakit dan dapat ditukar dengan obat di apotek; Keterangan tentang bahan-bahan dan cara memasak obat, makanan dan sebagainya.

Bahasa resep merupakan bahasa penulisan resep, menggunakan singkatan bahasa latin. Bahasa latin digunakan sebagai bahasa resep karna bahasa latin merupakan bahasa yang tidak berkembang, alias statis, sehingga makna bahasanya tidak berubah oleh waktu, baku dan kaku, sehingga bisa digunakan menjadi bahasa standar dalam resep secara global. Berikut beberapa singkatan yang biasaya terdapat dalam resep:

  1. us int. (ad usum internum) = dalam pemakaian dalam
  2. hor. (alternis horis) = tiap jam
  3. (biduum) = waktu 2 hari
  4. caut (caute) = hati hati
  5. (clysma) = enema, lavemen
  6. s. (da signa) = berikan dan tulis
  7. dil (dilutus) = diencerkan
  8. ut (externum utendum) = untuk dipakai diluar
  9. fol (folia) = daun
  10. (guttae) = tetes
  11. s  (hora somni) = pada waktu mau pergi tidur
  12. iter (iteratio/iteretur) = diulang
  13. ne iter (N.I) (ne iteretur) = jangan diulang
  14. n (omni nocte) = tiap malam
  15. r.n. (pro re nata) = kadang kadang jika perlu
  16. (semis) = separuh
  17. trit (tritus) = gerus
  18. v (usus veterinarius) = pemakaian untuk hewan

 

Sumber :

KBBI, 2008

http://ilmu-kefarmasian.blogspot.co.id/2013/02/istilah-resep-obat-daftar-singkatan.html

Cendekiawan Muslim dalam bidang farmasi bukan hanya menjadi pelopor terentuknya ilmu farmasi, namun juga menjadi yang pertama-tama menggagas pembangunan apotek. Berikut beberapa ilmuan muslim yang berjasa dalam dunia farmasi.

  1. Muhammad Ibnu Zakariya Ar-Razi (864-930 M)

Al-Razi atau disebut juga Rhazes menurut Sharif Kaf. Al-Ghazal dalam tulisannya, The Valuable Contributions of Al-Razi: The History of Pharmacy during The Middle Ages, menjadi satu di antara ilmuwan yang memelopori berdirinya apotek pertama di Baghdad pada 754 M. Apoteker pertama dalam peradaban Barat baru muncul pada Abad ke-14 yaitu seorang Inggris bernama Geoffrey Chaucer (1342-1400), apoteker lalu munyebar ke daratan Eropa dari Abad ke-15 hingga ke-19.

Ar-Razi sejak muda telah mempelajari filsafat, kimia, matematika dan kesastraan. Dalam bidang kedokteran, ia berguru kepada Hunayn bin Ishaq di Baghdad. Sekembalinya ke Teheran, ia dipercaya untuk memimpin sebuah rumah sakit di Rayy. Selanjutnya ia juga memimpin Rumah Sakit Muqtadari di Baghdad.

Sebagai seorang dokter utama di rumah sakit di Baghdad, ar-Razi merupakan orang pertama yang membuat penjelasan seputar penyakit cacar. Selain itu, dalam bidang farmasi Ar-Razi berkontribusi dalam pembuatan peralatan seperti tabung, spatula dan mortar. Ar-razi juga mengembangkan obat-obatan yang berasal dari merkuri.

 

  1. Abu Ar-Rayhan Al-Biruni (973-1051 M)

Al-Biruni mengenyam pendidikan di Khwarizm. Beragam ilmu pengetahuan dikuasainya sepertiastronomi, matematika, filsafat dan ilmu alam. Ia memulai melakukan eksperimen ilmiah sejak remaja. Ilmuwan Muslim yang hidup di zaman keemasan Dinasti Samaniyaah dan Ghaznawiyyah itu turut memberi kontribusi yang sangat penting dalam farmakologi dan farmasi.

Melalui kitab As-Sydanah fit-Tibb, Al-Biruni mengupas secara lugas dan jelas mengenai seluk-beluk ilmu farmasi. Kitab penting bagi perkembangan farmakologi dan farmasi itu diselesaikannya pada tahun 1050 – setahun sebelum Al-Biruni tutup usia. Dalam kitab itu, Al-Biruni tak hanya mengupas dasar-dasar farmasi, namun juga meneguhkan peran farmasi serta tugas dan fungsi yang diemban seorang famakolog.

 

  1. Abu Muhammad Abdallah Ibn Ahmad Ibn al-Baitar Dhiya al-Din al-Malaqi (864-930 M)

Al-Jami fi Al-Tibb (Kumpulan Makanan dan Obat-obatan yang Sederhana) atau disebut juga Kitab Al-Jami’ li Mufradat Al-Adweya wa Al-Aghtheya (dibawa ke Barat dan diterjemahkan menjadi The Complete [book] in Simple Medicaments and Nutritious Items) merupakan sumbangsih utama Al-Baitar. Dalam kitab risalah tersebut Al-Baitar mengupas beragam tumbuhan berkhasiat obat yang berhasil dikumpulkannya di sepanjang pantai Mediterania antara Spanyol dan Suriah.

Kitab tersebut sangat populer dan merupakan kitab paling terkemuka mengenai tumbuhan dan kaitannya dengan ilmu pengobatan Arab. Kitab ini menjadi rujukan para ahli tumbuhan dan obat-obatan hingga abad 16.

Tak kurang dari seribu tanaman obat dipaparkannya dalam kitab itu. Seribu lebih tanaman obat yang ditemukannya pada abad ke-13 M itu berbeda dengan tanaman yang telah ditemukan ratusan ilmuwan sebelumnya. Capaian yang berhasil ditorehkan Al-Baitar sungguh mampu melampaui prestasi Dioscorides.

 

  1. Yuhanna Ibnu Masawayh (777-857 M)

Orang Barat menyebutnya Mesue. Ibnu Masawayh merupakan anak seorang apoteker. Dalam kitab yang ditulisnya, Ibnu Masawayh membuat daftar sekitar 30 macam aromatik.

Salah satu karya Ibnu Masawayh yang terkenal adalah kitab Al-Mushajjar Al-Kabir. Kitab ini merupakan semacam ensiklopedia yang berisi daftar penyakit berikut pengobatannya melalui obat-obatan serta diet.

 

Sumber :

http://www.zulfanafdhilla.com/2013/09/biografi-zakariya-ar-razi-sang-kimiawan.html

http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/12/11/28/me66kz-ini-dia-9-ilmuwan-muslim-yang-berjasa-di-dunia-farmasi-bag-1

http://www.zulfanafdhilla.com/2014/06/IbnuAl-Baitar.html

http://farisyalatief224.blogspot.co.id

Farmakologi atau ilmu khasiat obat adalah ilmu yang mempelajari pengetahuan obat dengan seluruh aspeknya, baik sifat kimiawi maupun fisikanya, kegiatan fisiologi, resorpsi, dan nasibnya dalam organisme hidup. Dan untuk menyelidiki semua interaksi antara obat dan tubuh manusia khususnya, serta penggunaannya pada pengobatan penyakit disebut farmakologi klinis.  Ilmu khasiat obat ini mencakup beberapa bagian yaitu :

 

  1. Farmakognosi, mempelajari pengetahuan dan pengenalan obat yang berasal dari tanaman dan zat – zat aktifmya, begitu pula yang berasal dari mineral dan hewan.

 

Pada zaman obat sintetis seperti sekarang ini, peranan ilmu farmakognosi sudah sangat berkurang. Namun pada dasawarsa terakhir peranannya sebagai sumber untuk obat – obat baru  berdasarkan penggunaannya secara empiris telah menjadi semakin  penting. Banyak phytoterapeutika baru telah mulai digunakan lagi (Yunani ; phyto =  tanaman), misalnya tingtura echinaceae (penguat daya tangkis), ekstrak Ginkoa biloba (penguat memori), bawang putih (antikolesterol), tingtur hyperici (antidepresi) dan ekstrak feverfew (Chrysantemum parthenium) sebagai obat pencegah migrain.

 

  1. Biofarmasi, meneliti pengaruh formulasi obat terhadap efek terapeutiknya. Dengan kata lain dalam bentuk sediaan apa obat harus dibuat agar menghasilkan efek yang optimal. Ketersediaan hayati obat dalam tubuh untuk diresorpsi dan untuk melakukan efeknya juga dipelajari (farmaceutical dan biological availability). Begitu pula kesetaraan terapeutis dari sediaan yang mengandung zat aktif sama (therapeutic equivalance). Ilmu bagian ini mulai berkembang pada akhir tahun 1950an dan erat hubungannya dengan farmakokinetika.

 

  1. Farmakokinetika, meneliti perjalanan obat mulai dari saat pemberiannya, bagaimana absorpsi dari usus, transpor dalam darah dan distrtibusinya ke tempat kerjanya dan jaringan lain. Begitu pula bagaimana perombakannya (biotransformasi) dan akhirnya ekskresinya oleh ginjal. Singkatnya farmakokinetika mempelajari segala sesuatu tindakan yang dilakukan oleh tubuh terhadap obat.

 

  1. Farmakodinamika, mempelajari kegiatan obat terhadap organisme hidup terutama cara dan mekanisme kerjanya, reaksi fisiologi, serta efek terapi yang ditimbulkannya. Singkatnya farmakodinamika mencakup semua efek yang dilakukan oleh obat terhadap tubuh.

 

  1. Toksikologi adalah pengetahuan tentang efek racun dari obat terhadap tubuh dan sebetulnya termasuk pula dalam kelompok farmakodinamika, karena efek terapi obat barhubungan erat dengan efek toksisnya.

 

  1. Farmakoterapi mempelajari penggunaan obat untuk mengobati penyakit atau gejalanya. Penggunaan ini berdasarkan atas pengetahuan tentang hubungan antara khasiat obat dan sifat fisiologi atau mikrobiologinya di satu pihak dan penyakit di pihak lain. Adakalanya berdasarkan pula atas pengalaman yang lama (dasar empiris). Phytoterapi menggunakan zat – zat dari tanaman untuk mengobati penyakit.

 

  1. Farmakope

Farmakope adalah buku resmi yang ditetapkan hukum dan memuat standarisasi obat – obat penting serta persyaratannya akan identitas, kadar kemurnian, dan sebagainya, begitu pula metode analisa dan resep sediaan farmasi. Kebanyakan negara memiliki farmakope nasionalnya dan obat – obat resmi yang dimuatnya merupakan obat dengan nilai terapi yang telah dibuktikan oleh pengalaman lama atau riset baru. Buku ini diharuskan tersedia pada setiap apotik.

 

Pada hakikatnya setiap obat dalam dosis yang cukup tinggi dapat bekerja sebagai racun dan merusak organisme. ( “Sola dosis facit venenum” : hanya dosis membuat racun racun, Paracelsus).