Drugs on Vape

Narkoba dalam Vape, mungkinkah?

Belum lama ini publik dihebohkan dengan penangkapan artis yang diduga menggunakan vape yang mengandung obat keras Etomidate. Sebenarnya apa sih Etomidate? Trus apa bahayanya? Yuk kita bahas!

Etomidate adalah obat penenang yang biasa digunakan untuk anestesi intravena yang dikenal karena stabilitas hemodinamiknya. Di samping efikasinya, Etomidate menyimpan efek samping kompleks yang membatasi penggunaannya. Obat ini ditemukan pada tahun 1964 dan mulai digunakan di klinik pada tahun 1972 sebagai alternatif anestesi yang lebih aman. Awalnya, obat ini dianggap revolusioner karena tidak menekan tekanan darah atau pernapasan sekuat obat lain seperti tiopental. Namun, di tahun 1980-an, para peneliti menemukan efek samping etomidate yang berbahaya yaitu menghambat produksi hormon steroid di kelenjar adrenal sehingga meningkatkan risiko kematian pada pasien yang kritis (1). Temuan ini mengubah pandangan dunia medis terhadap etomidate dan membatasi penggunaannya hanya untuk induksi anestesi singkat.

Etomidate bekerja dengan memperkuat efek GABA (asam gamma-aminobutirat) yang merupakan senyawa di otak untuk menenangkan sistem saraf. Obat ini mengikat tempat kerja  GABA-A di otak, sehingga meningkatkan aliran ion klorida ke dalam sel saraf (2). Hal ini akan berdampak menekan kerja saraf, memicu kantuk dan akhirnya tidur dalam hitungan detik.

Selain itu, etomidate juga memiliki efek langsung pada pembuluh darah. Penelitian pada aorta kelinci menunjukkan bahwa obat ini bertindak sebagai penghambat kalsium sehingga menimbulkan efek melemaskan otot pembuluh darah. Namun efek ini relatif lebih kecil dibandingkan obat lain karena etomidate jarang menyebabkan penurunan tekanan darah atau denyut jantung. Hal ini menjadikannya ideal untuk pasien dengan kondisi jantung lemah atau syok. Selain “ramah” terhadap jantung dan pembuluh darah, dibandingkan obat lain seperti propofol atau barbiturat, etomidate memiliki efek lebih ringan pada sistem pernapasan, yang mengurangi risiko gagal napas pasca-operasi. Keunggulan lainnya yakni, etomidate mampu membuat pasien tertidur dalam 30–60 detik setelah injeksi, dan efeknya hilang dalam 3–5 menit karena metabolisme yang sangat cepat oleh enzim hati (1).

Namun, dari sederet efek positif dari etomidate, ternyata obat ini memiliki efek samping yang berbahaya. Etomidate menghambat enzim 11β-hidroksilase di kelenjar adrenal (Kelenjar adrenal diperlukan untuk sintesis kortisol). Efek ini terjadi bahkan setelah 1x pemberian dan bisa bertahan 6–8 jam, sehingga meningkatkan risiko infeksi dan gangguan metabolik pada pasien kritis. Hal lain yang juga berbahaya dari etomidate adalah sekitar 20–50% pasien mengalami nyeri hebat di lokasi suntikan, serta gerakan otot tak terkendali (mioklonus) yang menyerupai kejang. Meski jarang, etomidate juga bisa menyebabkan tekanan darah rendah pada pasien lansia atau cedera kepala berat akibat efek vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah) (3). Efek lain dari penggunaan etomidate apalagi penyalahgunaannya dalam produk vape adalah penurunan kesadaran, apnea (henti napas), dan kematian. Sebuah laporan di Cina mengungkap kematian pria 47 tahun akibat keracunan etomidate oral yang menyebabkan penumpukan cairan (edema) pada paru-paru dan kerusakan hati (4). Selain itu, campuran etomidate dengan opioid (seperti fentanyl) atau stimulan meningkatkan risiko overdosis. Di Korea Selatan, penyalahgunaan etomidate meningkat setelah propofol sehingga kini dikategorikan sebagai narkotika (5).

Lantas mengapa etomidate bisa ditemukan dalam liquid vape?

Ternyata, di Philadelphia, AS, etomidate ditemukan sebagai kontaminan dalam pasokan heroin, yang menyebabkan overdosis dengan gejala penurunan kesadaran tanpa depresi pernapasan. Bahkan etomidate terdeteksi dalam 9% sampel narkoba ilegal di Philadelphia pada 2024 dan sering dikombinasikan dengan opioid sintetik. Kasus lain yang terjadi Asia Tenggara yakni munculnya e-liquid mengandung etomidate di Singapura, Thailand, dan Kamboja yang dilaporkan oleh UNODC. Di Hong Kong, zat ini dijuluki “space oil” dan dijual sebagai pengganti kanabis (ganja). Meski termasuk obat keras, etomidate mudah diselundupkan karena bentuknya yang cair dan tidak berbau. Di Thailand, pemerintah berhasil menggerebek pabrik ilegal yang memproduksi 200 kg etomidate menggunakan bahan kimia berbahaya. Beberapa negara seperti Korea Selatan dan Cina mulai mengontrol ketat etomidate dan analognya (seperti metomidate), tetapi inovasi pasar gelap terus menghasilkan varian baru yang sulit dideteksi (6).

Daftar Pustaka

  1. Valk BI, Struys MMRF. Etomidate and its Analogs: A Review of Pharmacokinetics and Pharmacodynamics. Clin Pharmacokinet. 2021;60(10):1253–69.
  2. Forman SA. Clinical and Molecular Pharmacology of Etomidate. Anesthesiology. 2011 Mar;114(3):695–707.
  3. Wendling WW, Chen D, Pruckmayr GT, Shapiro BM. ETOMIDATE ACTS AS BOTH A CALCIUM ANTAGONIST AND A NITRIC OXIDE SNYTHASE INHIBITOR ON RABBIT AORTA. Anesthesia & Analgesia. 1998 Feb;86(2S):524S.
  4. Aimone AM, Perumal N, Cole DC. A systematic review of the application and utility of geographical information systems for exploring disease-disease relationships in paediatric global health research: the case of anaemia and malaria. Int J Health Geogr. 2013 Jan 10;12:1.
  5. Uhm J, Hong S, Han E. The need to monitor emerging issues in etomidate usage: the misuse or abuse potential. Forensic Sci Med Pathol. 2024 Mar;20(1):249–60.
  6. UNODC Laboratory and Scientific Service Portals [Internet]. [cited 2025 May 6]. Increasing detections of etomidate and analogues on illicit drug markets is becoming a global concern. Available from: https://www.unodc.org/LSS/Announcement/Details/8774c132-4b30-477c-9ceb-46ce384223fd

Author : apt. Ardi Nugroho, S.Farm., M.Sc.