Green Pharmacy

Green Pharmacy : Upaya Farmasi dalam Menanggulangi Perubahan Iklim

Perubahan iklim serta potensi dampak yang ditimbulkan

            Perubahan iklim menjadi isu serius yang kian menjadi kekhawatiran hampir semua golongan masyarakat lokal maupun global. Dilansir dari Kompas.com, National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) atau biasa dikenal Badan Administrasi Atmosfer dan Kelautan Amerika Serikat memaparkan bahwa terhitung pada bulan Mei 2022, rata-rata suhu permukaan global menunjukkan angka +0,178 lebih tinggi daripada rata-rata suhu normal sepanjang periode 1990-2020. Hasil demikian tentu saja cukup mengkhawatirkan, mengingat kesepakatan yang disetujui oleh Badan Meteorologi Dunia adalah peningkatan suhu permukaan tidak boleh melebihi 1,5 derajat Celsius. Hal ini seharusnya menjadi perhatian, karena dampak yang akan ditimbulkan oleh perubahan iklim tentu saja tidak hanya menimpa golongan tertentu. Akan tetapi, dapat dipastikan seluruh aspek yang ada terlebih sosial dan ekonomi – semuanya akan terpengaruh.

            Dilansir dari Viva.co.id, Menteri Keuangan Indonesia, Sri Mulyani menyatakan dalam Bincang APBN 2023 di Kantor Kemenkeu pada Jumat, 28 Oktober yang lalu bahwa peningkatan suhu permukaan dalam konteks bumi tidak bisa dibandingkan dengan pengaturan suhu pada Air Conditioner (AC) yang bagi sebagian besar masyarakat terasa tidak terlalu berpengaruh. Ani (2022) menuturkan bahwa jika keadaan yang sama tetap bertahan sampai tahun 2100, maka dapat dipastikan peningkatan suhu bisa mencapai 2,6 derajat Celsius. Menurut Ani, dampak yang ditimbulkan dari perubahan suhu yang cukup mengkhawatirkan tersebut akan memicu banyak terjadinya peristiwa bencana alam, dimana alokasi APBN akan dibutuhkan dalam menanggulangi risiko ancaman global tersebut. Jika perekonomian dan kegiatan manusia memproduksi CO2 terlalu banyak dapat menyebabkan market failure yang bisa membahayakan dunia.

            Tidak hanya dampaknya, ancaman perubahan Iklim ini juga bisa jadi disebabkan oleh berbagai golongan dan industri, mulai dari industri dalam aspek teknologi sampai aspek kesehatan, tak terkecuali industri farmasi yang secara eksklusif melakukan pengolahan dalam obat-obatan.

Penyebab perubahan iklim

Pada tahun 2021, sebuah penelitian menunjukkan bahwa ada pencemaran paresetamol dalam air laut pesisir di Jakarta pada periode 2015-2021. Hasil demikian tentunya perlu untuk diteliti lebih lanjut, mengingat area pesisir berhubungan langsung dengan sektor kelautan dan ekonomi masyarakat. Selain itu, peristiwa serupa yang perlu dipertimbangkan, terjadi pada tahun 2016, di Hyberabad, India, yang merupakan lokasi dimana obat-obatan banyak diproduksi. Limbah akibat formulasi obat yang dinilai kurang dikelola dengan baik mencemari perairan di lokasi tersebut, bahkan air dalam tanah pun ikut terkontaminasi. Ketika air yang terkontaminasi itu sampai dikonsumsi, maka dampak yang terjadi bisa sampai memicu resistensi bakteri, bahkan kematian.

Persoalan demikian tentunya melatarbelakangi konsep bagaimana Green Pharmacy menjadi satu upaya dalam mencegah peristiwa serupa serta mencegah polusi akibat produk Farmasi. Menilik beberapa kasus yang terjadi, tentu saja hal itu membuktikan bahwa limbah dari industri farmasi terkhusus di Indonesia masih belum diolah secara optimal. Hal ini dapat menimbulkan polusi farmasi yang berdampak pada perubahan iklim. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu langkah mitigasi pencemaran lingkungan terkhusus yang disebabkan polusi farmasi.

Dalam rangka mengatasi persoalan polusi farmasi di Indonesia sekaligus langkah mitigasi perubahan iklim secara global, Indonesia merencanakan untuk mengusung konsep Green Pharmacy pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 pada bulan November ini. Sebagai tuan rumah pada KTT G20 tahun ini, maka Indonesia perlu mengajukan langkah dan upaya untuk membangun ketahanan dan kemandirian, dalam hal ini pada aspek Kesehatan.

Latar belakang konsep Green Pharmacy

Green Pharmacy merupakan suatu konsep yang dirancang untuk memperbarui setiap kegiatan industri farmasi, mulai dari bahan-bahan dalam formulasi, kegiatan formulasi, distribusi, hingga pengolahan limbah sediaan farmasi, sehingga lebih mempertimbangkan dan memperhatikan keberlangsungan ekosistem. Tidak hanya berfokus pada hal itu, Pengembangan obat yang berbahan dasar tanaman, seperti Fitofarmaka ataupun bahan konvensional yang lebih ramah lingkungan juga dapat menjadi salah satu langkah yang akan dituju dalam konsep Green Pharmacy. Apalagi mengingat tanaman herbal terkhusus di Indonesia masih belum dimanfaatkan dengan maksimal. Sebagaimana merujuk Raymond Tjandrawinata (2022) selaku Direktur Riset dan Pengemangan Bisnis Dexa Group yang menuturkan bahwa konsep Green Pharmacy ini merupakan satu upaya yang diharapkan meminimalisir perubahan iklim.

“Mungkin Green Pharmacy juga jadi salah satu upaya untuk itu. Mengembangkan obat baru dari tanaman akan membantu mengurangi perubahan iklim dan menciptakan duia hijau. Banyak fitofarmaka dikembangkan di negara tropis. India memiliki banyak pengalaman menggunakan obat herbal, untuk memberi manfaat bagi orang-orang di seluruh dunia,” tuturnya.

Tantangan yang harus dihadapi dalam mewujudkan konsep Green Pharmacy

Walaupun begitu, tentunya ada beberapa tantangan yang harus dihadapi sebelum konsep Green Pharmacy ini dapat diterapkan. Apalagi dalam hal pengembangan obat berbahan baku tanaman, yang tentu saja akan melibatkan sektor pertanian dan agrikultur. Oleh karena itu, semua sektor diharapkan dapat berkomitmen dan ikut andil dalam penerapan konsep Green Pharmacy yang bertujuan untuk menjaga kelestarian alam dan mengurangi risiko perubahan iklim. Green Pharmacy bisa diprioritiaskan untuk masuk dalam formularium nasional. Untuk mewujudkan ini perlu kolaborasi bersama antara pemerintah, sektor swasta dan institusi pendidikan. Riset hilirisasi penelitian di bidang tanaman obat membantu mewujudkan impian Green Pharmacy di negeri ini.

Penutup

Konsep Green Pharmacy ini dapat menjadi alternatif solusi untuk merawat bumi tetap hijau. Konsep green pharmacy merupakan upaya seluruh dunia dalam mitigasi bencana yang disebabkan oleh perubahan iklim.

Sumber :

Firdaus, A. Y., & Wandira, P. A. (2022). Diplomasi Lingkungan Hidup Indonesia: Mitigasi Isu Perubahan Iklim. JPPI (Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia)8(3).

https://www.kompas.com/sains/read/2022/07/08/090200923/suhu-permukaan-global-berpotensi-meningkat-20-persen-5-tahun-mendatang?page=all

https://www.viva.co.id/berita/bisnis/1538057-sri-mulyani-ungkap-kengerian-pada-2100-dampak-dari-perubahan-iklim

https://news.detik.com/berita/d-5748342/polusi-farmasi-dari-mana-paracetamol-di-laut-jakarta

https://www.republika.co.id/berita/r8hh0t383/industri-kesehatan-dorong-konsep-green-pharmacy-di-t20

https://mediaindonesia.com/humaniora/520575/obat-kimia-cemari-air-tanah-fitofarmaka-jadi-alternatif

Puspitasari, R., Eman, C. M., Pusparany, D. A., Azzah, N. R., Ratnasari, S., Heryati, S. H. A., & Takarina, N. D. (2022). Status Kontaminasi Fisik dan Kimia di Teluk Jakarta periode 2015-202. OLDI (Oseanologi dan Limnologi di Indonesia)7(1), 1-13.