ChatGPT dalam Penulisan Artikel Kefarmasian
Kemajuan teknologi saat ini merupakan situasi disruptif dan tidak bisa dihindari. Teknologi yang paling banyak digunakan sekarang adalah bidang komunikasi. Banyak perkembangan teknologi komunikasi yang terjadi, mulai dari mesin printer hingga pemeriksaan ejaan dan algoritma yang memprediksi apa yang mungkin ingin Anda katakan atau ketik dalam email atau teks. Perubahan teknologi yang lambat dan bertahap tampak lebih mudah diterima dan dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat. Namun, perubahan teknologi yang cepat seringkali memberikan dampak negatif. Banyak faktor yang diperlukan agar masyarakat menerima dan memanfaatkan kemajuan teknologi secara baik dan aman, seperti waktu, pengalaman, dan kebijakan-kebijakan keamanan. Sayangnya, tidak ada satu pun dari faktor tersebut yang diperlukan untuk memanfaatkan teknologi baru saat ini, yaitu Artificial Intelligence (AI) (Doyal et al., 2023).
Salah satu perkembangan AI yang paling banyak digunakan adalah ChatGPT. ChatGPT adalah mesin pengirim pesan yang dikembangkan secara OpenAI berdasarkan model pemrosesan bahasa alami (NLP), dimana chatGPT dirancang untuk memberikan respon seperti manusia terhadap perintah yang diberikan (Dis et al., 2023). ChatGPT dirancang berdasarkan kumpulan data teks percakapan yang besar, dan dapat membuat respon terhadap masukan pengguna dalam konteks percakapan. ChatGPT juga dapat digunakan untuk berbagai tugas pemrosesan bahasa alami seperti terjemahan, peringkasan teks, dan menjawab pertanyaan (Dale, 2021). ChatGPT pertama kali diperkenalkan sebagai AI non-profit pada November 2022 oleh sebuah perusahaan yang berbasis di California, OpenAI Inc. Program perangkat lunak ChatGPT telah berkembang signifikan lebih cepat dibandingkan TikTok atau aplikasi lainnya (Dashti et al., 2023). Menurut analisis terbaru oleh perusahan analitik UBS Group AG, chatGPT telah memiliki lebih dari 100 juta pengguna aktif bulanan pada Januari 2023. Menjadikannya sebagai perangkat lunak AI yang paling banyak digunakan pada abad ke 21 (Dashti et al., 2023).
Seiring perkembangan AI yang begitu pesat, menyebabkan ketertarikan dan perdebatan tidak hanya diantara masyarakat maupun akademisi, namun juga penyedia layanan kesehatan, serta peneliti di bidang kesehatan (Vaishya et al., 2023). Dalam menghasilkan artikel ilmiah yang berkualitas tinggi, diperlukan metode penelitian dan kemampuan menulis yang baik. Artikel ilmiah khususnya tema kesehatan haruslah jelas, presisi, konsisten, dan komprehensif agar dapat berguna bagi sejawat. Namun, penulisan artikel ilmiah terkadang memakan waktu dan proses yang panjang. Sehingga dengan perkembangan AI saat ini, ChatGPT banyak digunakan untuk membantu peneliti dalam menghasilkan artikel ilmiah yang baik dengan lebih cepat (Benichou, 2023).
Oleh karena itu, muncullah beberapa pertanyaan, salah satunya bagaimana kode etik dan aspek kelegalan penggunaan ChatGPT dalam penulisan artikel ilmiah khususnya bidang kesehatan?
Bagaimana permasalahan etik pada penggunaan ChatGPT dalam penulisan artikel ilmiah khususnya bidang farmasi?
Sebagai alat yang dapat digunakan untuk berbagai tugas pemrosesan bahasa natural, ChatGPT banyak digunakan dalam penulisan artikel, khususnya dibidang kesehatan. Namun, hal tersebut juga meningkatkan risiko etik yang harus dipertimbangkan dengan kritis, seperti bias informasi, misinformasi, privasi, dan plagiarisme (Fröhling & Zubiaga, 2021).
Bias informasi dapat terjadi karena model pemrosesan bahasa seperti ChatGPT dilatih pada dataset teks yang besar, dan bias informasi dapat ditemukan pada latihan data sehingga teks yang dihasilkan berupa kalimat ofensif atau diskriminatif. Misinformasi juga dapat terjadi ketika perintah yang diberikan berada pada domain yang sensitif seperti obat-obatan, kesehatan, dan finansial. Sebagai contoh, model pemrosesan teks menghasilkan informasi medis yang salah, maka dapat membahayakan pasien. Pelanggaran privasi juga dapat terjadi ketika ChatGPT digunakan untuk memberikan informasi medis pasien, dimana AI harus mengakses rekam medis atau data medis pasien yang dilindungi. Hal lainnya adalah potensi plagiarisme karya yang sudah ada. Pemrosesan bahasa seperti ChatGPT dilatih menggunakan jumlah teks yang sangat besar, dan model tersebut mungkin secara tidak sengaja menghasilkan teks serupa dengan karya yang sudah ada. Hal ini dapat menimbulkan masalah hukum dan masalah etika (Doyal et al., 2023).
Terdapat perbedaan pendapat dalam melakukan sitasi AI sebagai author. Saat ini beberapa penerbit dan editor sedang merumuskan kebijakan untuk penggunaan AI seperti ChatGPT sebagai penulis artikel medis, dimana pertimbangan utamanya adalah bahwa AI seperti ChatGPT tidak memenuhi kriteria persyaratan sebagai penulis penelitian. Selain itu, teks yang dihasilkan oleh AI seperti ChatGPT tidak dapat bertanggung jawab atas keaslian isi dan integritas artikel ilmiah yang dibuat. Beberapa penerbit jurnal seperti Journal of American Medical Association (JAMA), Springer Nature, Elsevier, dan Nature telah merilis kebijakan bahwa penggunaan AI seperti ChatGPT tidak diakui sebagai author. Jika peneliti menggunakan AI seperti ChatGPT, maka peneliti harus memegang tanggung jawab penuh atas integritas dari kontennya dan menyebutkan dengan jelas penggunaan ChatGPT pada bagian metode atau bagian acknowledgement (Flanagin et al., 2023).
Penggunaan AI dalam penulisan artikel ilmiah juga memerlukan panduan dan kebijakan yang jelas, proses validasi yang kuat, serta kolaborasi antara sistem AI dengan keahlian manusia. Transparansi dan pengakuan atas penggunaan AI penting untuk memastikan bahwa peneliti manusia tetap bertanggung jawab atas hasil akhir penelitian. Bagaimanapun juga, AI tidak dapat menggantikan peran natural peneliti manusia dalam menuliskan artikel ilmiah kesehatan. Namun AI dapat menjadi alat yang baik dan berguna dalam penulisan artikel ilmiah jika digunakan secara bijak, baik, dan benar.
REFERENSI
Benichou, L. (2023). Rôle de l’utilisation de l’intelligence artificielle ChatGPT dans la rédaction des articles scientifiques médicaux The Role of Using ChatGPT AI in Writing Medical …. Journal of Stomatology, Oral and Maxillofacial Surgery. https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2468785523000782
Dale, R. (2021). GPT-3: What’s it good for? Natural Language Engineering. https://www.cambridge.org/core/journals/natural-language-engineering/article/gpt3-whats-it-good-for/0E05CFE68A7AC8BF794C8ECBE28AA990
Dashti, M., Londono, J., Ghasemi, S., & … (2023). How much can we rely on artificial intelligence chatbots such as the ChatGPT software program to assist with scientific writing? The Journal of Prosthetic …. https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0022391323003712
Dis, E. A. M. Van, Bollen, J., Zuidema, W., van Rooij, R., & … (2023). ChatGPT: five priorities for research. Nature. https://www.nature.com/articles/d41586-023-00288-7
Doyal, A. S., Sender, D., Nanda, M., & Serrano, R. A. (2023). ChatGPT and Artificial Intelligence in Medical Writing: Concerns and Ethical Considerations. Cureus, 15(8). https://doi.org/10.7759/cureus.43292
Flanagin, A., Bibbins-Domingo, K., Berkwits, M., & … (2023). Nonhuman “authors” and implications for the integrity of scientific publication and medical knowledge. Jama. https://jamanetwork.com/journals/jama/article-abstract/2801170
Fröhling, L., & Zubiaga, A. (2021). Feature-based detection of automated language models: tackling GPT-2, GPT-3 and Grover. PeerJ Computer Science. https://peerj.com/articles/cs-443/
Vaishya, R., Misra, A., & Vaish, A. (2023). ChatGPT: Is this version good for healthcare and research? … & Metabolic Syndrome: Clinical Research & …. https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1871402123000401