Adab Nenuntut ilmu

Adab dan nilai luhur dalam menuntut ilmu

ABSTRAK

Menuntut ilmu merupakan suatu kewajiban bagi seluruh umat muslim, karena dengan ilmu, seseorang akan mampu membedakan sesuatu yang baik dan buruk. Dengan ilmu pula akan mempermudah dan membimbing seseorang dalam mencapai tujuan hidup, baik yang berorientasi pada kehidupan dunia maupun kehidupan akhirat. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Muslim, Rasulullah SAW bersabda bahwa orang yang menempuh jalan dalam menuntut ilmu, maka akan dimudahkan Allah SWT baginya jalan menuju surga. Kewajiban menuntut ilmu yang dimaksud tersebut tentu adalah segala ilmu yang terkait dan memiliki hubungan pada aktivitas ibadah antara seorang hamba dengan Allah SWT, dalam hal ketaatan yang bertujuan untuk meraih rida-Nya. Perlunya penerapan adab atau nilai-nilai luhur yang dilakukan dalam aktivitas dan upaya menuntut ilmu akan menjadikan ilmu yang diperoleh memiliki manfaat bagi semua, keberkahan dan rida’ dari Allah SWT.

Kata kunci : Adab, keberkahan, kewajiban menuntut ilmu, rida’ Allah.

 

PENDAHULUAN DAN ISI

Adab dan nilai luhur dalam menuntut ilmu

            Menuntut ilmu adalah merupakan bentuk ibadah dari seorang hamba kepada Rabb-Nya yang diwajibkan atas semua orang muslim dari sejak kecil sampai dewasa/tua. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah, Rasulullah SAW bersabda: “Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim”. Kewajiban menuntut ilmu yang tidak terbatas oleh usia tersebut berlaku untuk laki-laki maupun perempuan untuk bekal hidup dan mengangkat derajat seseorang. Aktivitas seseorang dalam menuntut ilmu perlu didasari adab atau nilai-nilai luhur agar ilmu yang diperoleh memiliki nilai keberkahan dan dapat memberikan kemanfaatan bagi semua. Beberapa adab yang perlu dilakukan dalam menuntut ilmu diantaranya adalah sebagai berikut:

1.Meluruskan niat hanya karena Allah SWT.

Segala perbuatan yang dilakukan oleh seseorang tergantung dari apa yang diniatkan dan seseorang akan mendapatkan sesuatu sesuai apa yang ia niatkan. Niat yang lurus harus didasari oleh keikhlasan agar memiliki nilai di hadapan Allah SWT sesuai perintahNya dalam Qur’an Surat Al Bayyinah ayat 5.

مَآ اُمِرُوْٓا اِلَّا لِيَعْبُدُوا اللّٰهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْن ەۙ حُنَفَ

Artinya: “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepadaNya dalam (menjalankan) agama yang lurus”.

Usaha dalam menuntut ilmu yang merupakan suatu bentuk ibadah tersebut harus diniatkan karena ingin menggapai rida’ Allah SWT, bukan semata hanya ingin mencapai gelar akademik semata. Tujuan menuntut ilmu yang hakiki selain untuk menggapai rahmat dan rida’ Nya juga untuk bisa memberikan kemanfaatan dan kemaslahatan kepada orang lain dengan cara mengajarkan dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan yang mulia dan terpuji inilah yang akan memudahkan seseorang dalam menerima ilmu yang dicari dan membuka jalan akan turunnya keberkahan dan rida’ dari Allah SWT.

2. Bersungguh-sungguh dalam usaha menuntut ilmu dengan berpegang teguh kepada Qur’an dan Hadits.

Membulatkan tekad atau kesungguhan hati dalam menuntut ilmu akan dapat mendukung maksimalnya hasil yang akan dicapai. Allah SWT memerintahkan kepada hambaNya untuk selalu bersungguh-sungguh dalam melakukan suatu kebaikan, seperti dalam firmanNya dalam Qur’an Surat Al ‘Ankabut ayat 69.

وَالَّذِيْنَ جَاهَدُوْا فِيْنَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَاۗ وَاِنَّ اللّٰهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِيْنَࣖ

Artinya: “Orang-orang yang berusaha dengan sungguh-sungguh untuk (mencari kerida’an) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Seseungguhnya Allah bersama orang-orang yang berbuat kebaikan”.

Usaha terbaik yang dilakukan dalam menuntut ilmu akan memberikan juga hasil yang terbaik.. Semua kesungguhan usaha dalam menuntut ilmu tersebut harus tetap bersandar kepada Qur’an dan Hadits, karena kedua sandaran tersebut adalah sumber utama ilmu yang akan menuntun seseorang kepada jalan yang benar, jalan yang lurus dan jalan yang dirida’i Allah SWT.

kegiatan perkuliahan

Gambar 1. Aktivitas kegiatan praktikum di laboratorium Pengembangan Obat Bahan Alam Jurusan Farmasi Universitas Islam Indonesia

3. Bertawakal, selalu berdoa dan menjauhii maksiat

Berserah diri kepada Allah SWT adalah hal yang perlu dilakukan seseorang terhadap segala ikhtiar yang telah dikerjakan termasuk dalam usaha menuntut ilmu. Setelah seseorang melakukan usaha yang maksimal dalam menuntut ilmu, bertawakal kepada Allah SWT perlu dilakukan untuk memberikan ketenangan hati dan menunjukkan keadaan dan kondisi penyerahan diri kepada Dzat Yang Maha Segala. Kita ketahui dan sadari bersama, bahwa segala sesuatu pada hakikatnya sudah ditetapkan oleh Allah SWT. Kewajiban kita hanya berikhtiar dan kemudian bertawakal kepadaNya. Sesuai perintah Allah SWT dalam Qur’an Surat Ali Imran ayat 159 :

فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِۗ

Artinya: “Apabila engkau telah membulatkan tekad, maka berserah dirilah kepada Allah”.

Doa juga merupakan senjata ampuh yang dimiliki seorang muslim dalam mengharap campur tangan Rabb nya. Dengan doa juga akan mempermudah seseorang dalam upaya menuntut ilmu. Doa akan menguatkan seseorang pada kondisi apapun. Dengan berdoa, seseorang menjadi lebih kuat ketergantunganya dengan Dzat Yang Maha Segala dalam setiap aspek kegiatannya dan dengan sendirinya doa tersebut akan menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Rabb-Nya. Dengan berdoa kepada allah SWT, seseorang akan merasa tenang dan yakin bahwa harapan akan selalu ada dan menghindari putus asa karena adanya jaminan dari Allah SWT dalam setiap doa yang dipanjatkan, seperti firmanNya dalam Qur’an Surat Al Mukmin ayat 60.

وَقَالَ رَبُّكُمُ ٱدْعُونِىٓ أَسْتَجِبْ لَكُمْ

Artinya: “Dan Tuhanmu berfirman: berdoalah kepadaKu, niscaya akan Aku perkenankan”.

Kemudahan dan kelancaran dalam menuntut ilmu juga dapat dicapai jika seseorang mampu menjauhi dan menghindari kemaksiatan. Karena setiap kemaksiatan adalah penghalang turunnya keberkahan dan rida’ Allah SWT. Menuntut ilmu adalah perkara haq dan kemaksiatan adalah perkara batil, sedangkan Allah SWT tidak menyukai bercampurnya antara sesuatu yang haq dengan yang batil. Seperti firmanNya dalam Qur’an surat Al Baqoroh ayat 42.

وَلَا تَلْبِسُوا الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ وَتَكْتُمُوا الْحَقَّ وَاَنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ

Artinya: “Dan janganlah kamu campur adukkan yang haq dengan yang batil dan janganlah kamu sembunyikan yang haq itu sedang kamu mengetahuinya”.

Keberkahan ilmu tidak akan bersatu dengan kemaksiatan, karena suatu kebaikan tidak akan bersatu dengan keburukan sampai kapanpun.

4. Menghormati guru.

Guru adalah bagian penting dalam upaya menuntut ilmu dan proses pembelajaran, karena guru akan membawa kepada kefahaman ilmu yang digali. Guru adalah seseorang yang Allah SWT dikaruniai kelebihan kefahaman dan pengetahuan untuk mengajarkan dan berbagi ilmu. Guru juga tidak terbatas oleh usia, oleh karena itu para penuntut ilmu wajib menempatkan guru pada kedudukan yang terhormat dan mulia sekalipun umurnya lebih muda. Bentuk pengagungan terhadap Allah SWT ialah memuliakan orang yang mengajarkan ilmu Allah. Akhlak dan sopan santun terhadap guru harus dijaga. Hal-hal yang dianggap kecil untuk memuliakan guru pun harus dilakukan, permisalan salah satunya adalah meminta ijin dan mengucapkan salam saat meninggalkan atau kembali memasuki majelis ilmu. Tidak mencari-cari kesalahan dan atau menyebarkan kekhilafan atau kekeliruan guru yang bisa menyebabkan fitnah dan merusak kehormatannya. Menciptakan suasana nyaman bersama guru dengan perilaku yang bermartabat dalam upaya mencari dan menuntut ilmu sangat dianjurkan. Dengan menghormati dan memuliakan guru, keberkahan ilmu dan rida’ Allah SWT akan dapat digapai.

Adab Nenuntut ilmu

                Gambar 2. Ilustrasi hormatnya seorang siswa saat menerima dan menimba ilmu dari sang guru.

5. Berprasangka baik dan bersikap legowo dalam menghadapi perbedaan

Berbaik sangka adalah modal penting dalam ikhtiar menuntut ilmu. Bagi seorang muslim prasangka baik terhadap segala hal perlu ditanamkan dalam hati terlebih saat menuntut ilmu, baik kepada Allah SWT maupun kepada guru, teman dan semua yang terlibat dalam proses kegiatan belajar ataupun pada segala/setiap hasil yang dicapai dalam proses pembelajaran tersebut. Seseorang terkadang akan timbul pertanyaan dalam benak hatinya dan merasa apakah proses pembelajaran yang telah diterima dan dilakukan sesuai yang diharapkan, diinginkan dan direncanakan. Berbekal husnudzon dalam segala hal pada proses pembelajaran dan menuntut ilmu akan menjadikan seseorang semakin mantap dan yakin bahwa segala ketetapan Allah SWT untuk hambaNya adalah ketetapan yang terbaik, walau terkadang seorang hamba tidak menyukainya. Allah SWT berfirman dalam Qur’an Surat Al Baqoroh ayat 216.

وَعَسٰٓى اَنْ تُحِبُّوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ شَرٌّ لَّكُمْۗ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ وَاَنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَࣖ

Artinya: “Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahuinya”.

Legowo adalah menerima dengan ikhlas segala ketetapan dan rela dalam menghadapi setiap keadaan yang terjadi. Sikap legowo akan menciptakan ketenangan dan kedamaian hati jika ditanamkan pada para penuntut ilmu terlebih dalam menghadapi setiap keadaan dan perbedaan dalam proses pembelajaran. Sikap rela dan ikhlas dalam menghadapi perbedaan akan menjadikan seseorang lebih toleran dan menghindari permusuhan yang berakibat pada putusnya tali silaturahmi. Meminimalisir perselisihan dalam proses pembelajaran akan menciptakan terbuka dan lebih luasnya ruang diskusi yang bertujuan semakin menambah wawasan serta pengetahuan. Sikap legowo, toleran dan menghindari perselisihan akan memantapkan dan memaksimalkan hasil seseorang dalam proses menuntut ilmu. Allah SWT berfirman dalam Qur’an Surat Al Anfal ayat 46.

وَاَطِيْعُوا اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ وَلَا تَنَازَعُوْا فَتَفْشَلُوْا وَتَذْهَبَ رِيْحُكُمْ

Artinya: “Taatilah Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kalian berselisih yang menyebabkan kalian gagal dan hilang kekuatan”.

6. Bersabar, jangan malu dan ragu untuk bertanya

Ketekunan dan kesabaran adalah hal penting yang diperlukan bagi para penuntut ilmu. Dengan kesabaran dan ketekunan seseorang akan terhindar dari sikap mudah bosan dan putus asa dalam proses pembelajaran. Kesabaran juga akan membuahkan hasil yang baik dan optimal dalam menggali, memahami dan menguasai ilmu yang dicari. Kesabaran, ketekunan dan tidak malu serta tidak ragu bertanya terhadap segala sesuatu yang tidak diketahui akan menjadikan penuntut ilmu lebih mampu dan mudah untuk memahami ilmu-ilmu yang disampaikan oleh guru maupun pengajar. Qur’an juga menganjurkan kepada para penuntut ilmu untuk bertanya terhadap sesuatu yang tidak diketahui atau tidak dipahami saat proses pembelajaran berlangsung. Allah SWT berfirman dalam Qur’an Surat An Nahl ayat 43.

فَاسْـَٔلُوْٓا اَهْلَ الذِّكْرِ اِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَۙ

Artinya: “maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui”.

7. Bersikap bijaksana dan berusaha mengamalkan ilmu yang dimiliki

Sikap bijaksana tidak bisa dilepaskan dari ilmu hikmah. Kebijaksanaan dalam proses pembelajaran perlu ditumbuhkan, karena dengan sikap tersebut akan menciptakan suasana sejuk, nyaman dan tidak ada unsur tekanan ataupun paksaan baik dari pengajar/guru maupun terhadap yang diajar/siswa. Ilmu hikmah akan mengembalikan segalanya kepada Allah SWT sebagai sebuah ketetapan dari-Nya. Dalam Qur’an Surat Al Baqoroh ayat 269 Allah SWT berfirman.

يُّؤْتِى الْحِكْمَةَ مَنْ يَّشَاۤءُۚ وَمَنْ يُّؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ اُوْتِيَ خَيْرًا كَثِيْرًاۗ

Artinya: “Dia memberikan hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki, dan barangsiapa yang diberikan hikmah, sungguh telah diberikan kebaikan yang banyak”.

Adab yang tidak kalah penting dan perlu dilakukan oleh penuntut ilmu adalah mengamalkan ilmu yang sudah diperoleh untuk memberikan kemanfaatan kepada orang lain. Kewajiban seorang muslim untuk mengamalkan ilmu yang diperoleh sangat dianjurkan. Bahkan dalam sebuah riwayat, Rasulullah SAW bersabda: “Celakalah orang yang tidak berilmu, dan celaka pula orang yang berilmu namun tidak mengamalkannya”.

PENUTUP

            Menuntut ilmu bagi semua muslim wajib hukumnya, baik itu laki-laki maupun perempuan yang tidak terbatas oleh usia. Dengan ilmu, Allah SWT akan mengangkat derajat seseorang. Dalam menuntut ilmu seorang muslim diharapkan mampu mengetahui, memahami dan menjunjung tinggi adab-adabnya, sehingga proses pembelajaran yang dilakukan bernilai ibadah dan dapat mendatangkan keberkahan dan rida’ Allah SWT. Keberkahan dan rida’ dari-Nya tersebut menjadikan ilmu yang diperoleh akan berguna dan bermanfaat baik pada diri sendiri maupun kepada orang lain dan tentunya akan mampu memberikan kemaslahatan bagi umat.

.

REFERENSI

 Dahlan, Z., 2011, Tafsir Al Fatihah & Juz 30, UII Press, Yogyakarta.

Jailani, A.Q., 2010, Al-Gunyah li Thalibi Thariq Al-Haq ‘Azza Wa Jalla, Menggapai Puncak Kelezatan Ibadah Kepada Allah, Rahasia-rahasia Ibadah Sang Kekasih Allah, terjemahan Hasan, W.A dan Fifah, DIVA Press, Jogjakarta.

Muhyidin, M., 2006, Selamatkan Dirimu dan Keluargamu Dari Api Neraka, Panduan Lengkap Menggapai Hidup Bahagia di Dunia dan Akhirat, DIVA Press, Jogjakarta.

Yayasan Penyelenggara Penerjemah/Penafsir Al Qur’an, 1971, Al Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta.

Author : Yon Haryanto, STP.